Senin, 30 Mei 2011

Permasalahan Dalam Penelitian

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Tiada kata yang lebih indah selain ucapan kata syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Permasalahan Dalam Penelitian” ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan yang mana tugas ini merupakan tugas kelompok. Makalah ini berisi tentang bagaimana cara kita memahami bentuk-bantuk masalah yang terdapat dalam suatu penelitian.
Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak menemui hambatan dalam penyalesaiannya. Namun, atas bantuan berbagai pihak makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena hal itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut. Khususnya kepada bapak Prof. Dr. H. Muhammad Djunaidi Ghony selaku dosen pembimbing mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan yang telah memberikan bimbingannya, dan teman-teman kelas B jurusan Pendidikan Agama Islam.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Namun, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan agar malakah ini lebih baik di waktu yang akan datang.

Malang, Maret 2011

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mrndapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi.
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan daya imajinasi mangenai masalah-masalah pendidikan. Kemudian meningkatnya daya nalar untuk mancari jawaban permasalahan itu melalui penelitian. Serta yang dimaksud masalah itu sendiri adalah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya ada (das sollen) dengan kenyataan yang ada (das sein).
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.

B. Rumusan Masalah
Ditinjau dari latar balakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian permasalahan dalam penelitian ?
2. Bagaimana menentukan rumusan masalah dalam penelitian ?
3. Bagaimana cara mengatasi masalah dalam penelitian ?

C. Tujuan Masalah
Ditinjau dari rumusan masalah di atas, maka dapat diambil tujuan masalah sebagai berikut:
1. Mengatahui pengertian permasalahan dalam penelitian.
2. Mengatahui menentukan rumusan masalah dalam penelitian.
3. Mengatahui cara mengatasi masalah dalam penelitian.

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Fungsi Masalah dalam Penelitian
Masalah atau disebut juga problem adalah suatu pertanyaan yang mengawali suatu penelitian. Proses mencari jawaban dari permasalahan hanya bisa dilakukan melalui proses penelitian. Dengan demikian suatu permasalahan muncul sebelum kegiatan proses penelitian itu dilakukan. Sedang masalah atau permasalahan dalam penelitian tak terlepas erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan sesuatu yang lumrah terjadi. Namun demikian perlu adanya pemecahan terhadap masalah atau permasalahan tersebut.
Untuk menemukan jawaban suatu permasalahan, peneliti dapat mempergunakan berbagai cara yang sistematis. Variasi-variasi cara penelitan terjadi tidak hanya dalam penelitan bidang yang berbeda-beda, namun bisa juga dalam bidang yang sama, misalnya dalam bidang pendidikan. Bahkan sering sering pula terjadi dalam permasalahan yang sama pula (Hadi,1980).
Seperti yang terungkap di atas, permasalahan meruoakan suatu pertanyaan yang mengawali suatu kegiatan penelitian, sehingga seseorang ilmuwan melakukan serangkaian kegiatan guna memperoleh jawaban dari permasalahan yang sedang dihadapi, dengan melalui suatu aturan-aturan tertentu yang sistematis, obyektif, dan kritis. Proses mencari jawaban dari persoalan itu merupakan penelitian, yang selanjutnya harus diperjelas sumber jawabannya dari mana harus diperoleh. Dengan demikian persoalan itu muncul sebelum kegiatan proses penelitian itu berlangsung.
Dalam mengidentifikasi permasalahan yang benar-benar layak untuk dijadikan penelitian, sebaiknya permasalahan tersebut diklasifikasi terlebih dahulu menjadi permasalahn yang sifatnya merupakan common sense (akal sehat), dan permasalahan yang betul-betul masalah. Masalah yang sifatnya common sense biasanya dapat dirasakan hanya terbatas pada perasaan seseorang atau diawali oleh hemat saya, sulit diukur, dan reliabilitas kemunculannya dalam suatu konteks yang rendah.

A. Karakteristik Permasalahan Penelitan
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri. Perumusan masalah penelitian dapat dibedakan dalam dua sifat, meliputi perumusan masalah deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar fenomena, dan perumusan masalah eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan adanya hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena.
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut yaitu Fungsi pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan. Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan. Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya. Sedangkan fungsi keempat dari suatu perumusan masalah adalah dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.
Permasalahan yang ada harus diklasifikasi, selanjutnya dapat diangkat sebagai masalah yang dapat diteliti, biasanya mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Permasalahan tersebut biasanya dirasakan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu bidang yang sama.
2. Permasalahan tersebut sering muncul dan secara signifikan ditemui oleh orang-orang yang terlibat.
3. Permasalahan tersebut dapat diukur dengan alat ukur penelitian, seperti skala nominal, ordinal, interval, dan rasio.
4. Permasalahan tersebut dapat diteliti, lantaran dapat diungkap kejelasannya melalui tindakan koleksi data dan kemudian dianalisis.
5. Permasalahan tersebut memiliki kontribusi signifikan, lantaran memiliki nilai guna dan manfaat baik pada tataran teoritis yang berkaitan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuanmaupun pada tataran praktis dalam kehidupan sehari-hari.
6. Permasalahan tersebut didukung oleh data empiris yakni dapat diukur baik secara kuantitatif maupun secara empiris yang memberikan hubungan erat antara fakta konstruk sesuatu fenomena, di samping mendudukkan pada suatu variabel yang harus didasarkan hukum positif, empiris dan terukur. Bila tidak demikian maka akan jatuh pada kategori common sense yang sulit untuk ditindak lanjuti dalam proses pengumpulan data.
7. Sesuai dengan kemampuan dan keinginan peneliti, hal ini penting karena memberikan motivasi dan kepercayaan diri pada peneliti bahwa apa yang hendak diteliti di lapangan akan berhasil, karena data yang ada di lapangan kemudian peneliti memiliki kemampuan untuk dikumpulkan sehingga dapat dianalisis sampai hasil penelitian dapat diperoleh (Sukardi, 2004).

2.2 Sumber Masalah dalam Penelitian
Masalah atau permasalahan yang ada di lingkungan kita sehari-hari cukup banyak, untuk itu diharapkan bagi peneliti mampu mengidentifikasi, memilih, merumuskan, dan kemudian menentukan tipologi penelitiannya secara tepat (Borg, 1985). Beberapa sumber masalah atau permasalahan dapat diperoleh dari:
1. Literatur, yang meliputi: buku, buku teks, monograpy, laporan statistik, dan yang berupa non buku seperti: jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dsb.
2. Berbagai pertemuan ilmiah seperti: seminar, diskusi, lokakarya, sarasehan, dsb.
3. Pengalaman pribadi, dan pengamatan yang bersifat longitudinal
4. Perasaan intuitif (Balian, 1983;Surabaya, 1983)
Di samping sumber masalah di atas, masih ada beberapa macam sumber yang dapat membantu peneliti dalam memperoleh permasalahan yang layak dijadikan bahan untuk diteliti, di antaranya:

a. Pengalaman seseorang atau kelompok, di mana pengalaman adalah guru yang paling baik dalam karier maupun profesi seseorang seperti guru, pengacara, dokter, dimana mereka diberi gelar dan tanda jasa untuk menghormati pengalaman diidangnya sebagai senior atau profesor. Mereka telah lama menekuni bidangnya sehingga dapat digunakan sebagai sumber untuk membantu mencari permasalahan yang signifikan untuk diteliti.
b. Lapangan tempat peneliti bekerja merupakan merupakan tempat dimana seseorang maupun peneliti bekerja merupakan salah satu sumber permasalahan yang baik dan layak uantuk digali sebagai sumbar masalah yang akan diteliti.
c. Laporan hasil penelitian, di samping ada hasil temuan yang baru juga ada kemungkinan peneliti yang di rekomendasikan karena berkaitan dengan hasil penelitian yang telah ada, sehingga dari sumber tersebut diperoleh suatu gambaran permasalahan yang baik untuk diteliti.
Penemuan masalah dan sumber-sumber masalah juga dapat dilihat melalui beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
a. Masalah Formal
1. Temuan dan rekomendasi penelitian
Masalah dapat ditelusuri dari hasil penelitian orang lain. Sebuah penelitian memiliki bagian kesimpulan dan saran, dari bagian inilah seorang peneliti menemukan masalah enemukan masalah enemukan masalah dengan menganilisis adanya kemungkinan untuk melanjutkan penelitian tersebut sebagai upaya untuk mengkaji hal-hal yang belum terungkap, mengulang penelitian tersebut untuk memperkaya teori, dan hal-hal yang lain yang mungkin ditemukan dari analisis hasil penelitian orang lain.
2. Analogi
Analogi merupakan penemuan masalah dengan cara mengadaptasi masalah dari suatu pengetahuan dan menerapkannya ke bidang pengetahuan seorang peneliti baru, dengan adanya persyaratan bahwa kedua bidang tersebut harus memiliki kesesuaian dalam hal-hal yang penting.
3. Renovasi
Renovasi juga merupakan sebuah metode menemukan masalah penelitian yakni dengan cara mengganti suatu unsur teori, untuk meningkatkan kebenaran suatu teori.
b. Masalah Nonformal
1. Konjektur: permasalahan yang ditemukan denga naluriah (fakta apresiasi individu terhadap lingkungannya), dan tanpa dasar-dasar yang jelas. Bila kemudian dasar-dasar atau latar belakang permasalah dapat dijelaskan, maka penelitian dapat diteruskan secara alamiah.
2. Fenomenologi: Menemukan masalah-masalah baru yang berhubungan dengan fenomena-fenomena yangdapat diamati.
c. Pengalaman dan Literatur
1. Pengalaman: merupakan sumber pengenalan masalah yang peling berguna bagi peneliti pemula dalam memulai penelitian, yakni pengalaman mereka sendiri sebagai praktisi pendidikan. Banyak keputusan yang harus diambil setiap waktu. Pengalaman seseorang merupakan sumber yang baik sebagai permasalahan penelitian.
2. Literatur: sebagai cara penemuan masalah terbagi dua, yakni literatur yang dipublikasikan dan literatur yang tidak dipublikasikan
d. Paper, personal, place
(1) paper : mempelajari dokumen, buku, majalah, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya.
(2) Personal : melakukan wawancara atau diskusi dengan para ahli atau orang-orang yang ada pada lokasi penelitian.
(3) Place : mengamati daerah/ lokasi penelitian yang akan diteliti (Arikunto, 2002).
2.3 Menemukan Solusi masalah
Tujuan dari penelitian adalah untuk menemukan solusi, jawaban terhadap suatu masalah. Masalah penelitian dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi. Stonner mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan atau kesenjangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan dan kompetisi (Sugiyono (2005:32).
a. Terdapat penyimbangan atau kesnejangan antara pengalaman dan kenyataan. Maksudnya adalah terjadinya pertentangan antara informasi yang mengakibatkan kesenjangan pengetahuan.
b. Terdapat penyimpangan antara rencana dengan kenyataan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara apa yang seharusnya dengan apa kenyataannya, antara harapan dan kenyataan. Dalam kebijakan pendidikan seringkali kita temukan suatau penyimpangan, antara rencana yang telah ditetapkan sebagai kebijakan untuk dijalankan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan dari rencana tersebut. Seperti, kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru dapat meningkatkan mutu pendidikan. Kenyataan sekarang pendidikan Negara kita masih tetap jalan di tempat.
c. Terdapat kontradeksi antara teori dengan praktek. Maksudnya keadaan empiric yang relevan, tidak sesuai teori dengan realitas, maka konsekuensi logikanya tidak dapa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
d. Adanya pengaduan atau informasi yang mengakibatkan kesenjangan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita. Maksud adalah kesenjangan antara teori dengan bukti-bukti empiris yang teramati.
Dalam suatu organisasi yang tadinya tidak ada masalah dalam melaksanakan proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, namun setelah ada sekelompok pihak yang merasa dirugikan, atau terjadi kesalahan. Maka timbullah masalah dalam organisasi itu.
Problem itu akan dapat menjadi besar dan muncul ke permukaan manakala terjadinya kritikan. Polemik. Opini yang dimuatkan di dalam Koran, majalah dan media lainnyatentang proses kerja lembaga tersebut menjadi kelihatan.
Contoh : seorang Inu kencana dosen IPDN memberikan informasi tentang system pendidikan yang berlaku di lembaga pendidikan IPDN yang bermuatan kekerasan sehingga banyak menelan korban. Dengan demikian masyarakat tidak simpati dengan lembaga pendidikan ini dan bahkan mengecam system yang dilakukan di IPDN tersebut, sehingga kredibilitas lembaga ini menjadi menurun dan menimbulkan masalah. Dengan demikian pengaduan seprti ini dapat digali kebenarannya dengan cara menganalisis isi pengaduan tersebut.

a. Menemukan Masalah dalam Penelitian
Dalam memilih masalah atau permasalahan penelitian akan lebih mudah jika peneliti memahami dan mengikuti secara oeganisatoris langkah-langkah penting di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Peneliti sebaiknya mengidentifikasi cakupan luas dari permasalahan tersebut, kemudian dispesifikasikan untuk mencari apakah permasalahan tersebut sering kali muncul dan dapat dinilai secara kasar kemanfaatannya baik terhadap perkembangan ilmu pengetahuan meupun terhadap stakeholder hasil penelitian.
2. Peneliti mempersempit permasalahan sehingga terjadi permasalahan yang dapat diteliti, sesuai dengan kemampuan peneliti untuk melaksanakannya, disamping menghindari adanya kesulitan nantinya dalam mengukur data.
3. Masalah dalam penelitian yang telah diidentifikasi dan dibatasi agar memperoleh masalah yang layak untuk diteliti masih harus dirumuskan agar dapat memberikan arah bagi peneliti secara jelas.
4. Masalah yang telah dirumuskan secara tepat dan benar harus mencakup dan menunjukkan semua variabel maupun hubungan variabel yang satu dengan yang lainnya yang hendak diteliti.
Selanjutnya mengenai bentuk perumusan masalah yang dirumuskan ada bebrerapa jenis/bentuk, di antaranya:
a. Perumusan masalah menunjukkan rumusan yang jelas, tidak menduakan arti.
b. Pernyataan sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
c. Perumusan masalah penelitian dapat bervariasi, tergantung pada kesenangan peneliti.
d. Perlu adanya kehati-hatian, jeli, dalam mengevaluasi rumusan masalah penelitian (Sukardi, 2004).
e. Permasalahan haruslah secara tepat dinyatakan agar memungkinkan peneliti untuk memilih fakta yang diperlukan dalam penyelesaian masalah penelitian.
f. Permasalahan itu mesti dapat dijawab dengan jelas berapapun jumlah jawaban yang diberikan harus memenuhi persyaratan.
g. Setiap jawaban dari permasalahan penelitian harus dapat diuji dan dibuktikan oleh orang lain (Suriasumantri, 1978).
Pertanyaan yang mendasar yang diajukan oleh kebanyakan yang ingin meneliti masalah penelitian untuk mencari bawaban, dimulai dari “bagaimana saya menemukan suatu persoalan penelitian ?” meskipun tidak ada teknik yang khusus, yang pasti untuk menemukan suatu persoalan , ada beberapa sumber yang boleh digunakan untuk memulai mengenal masalah.
Sumber-sumber tersebut adalah pengalaman, berfikir deduksi dari teori-teori serta literatur yang relevan dengan penelitin. Seterusnya, berfikir induksi dari fenomena-fenomena yang berlaku secara impiris. Setiap sumber-sumber tersebut mempunyai kelabihan dan kekurangan. Gabungan sumber-sumber secara simultan dapat digunakan untuk memulai mengenal suatu masalah pendidikan.
Untuk menentukan permasalahan permasalahan yang baik hendaknya memiliki kerakteristik sebagai berikut:

 Peneliti memiliki keahlian dalam bidang yang diteliti.
 Tingkat kemampuan peneliti memang sesuai dengan tingkat kemampuan yang diperlukan untuk mencari solusi penyelesaian masalah yang diteliti.
 Peneliti memiliki sumber daya yang diperlukan dalam penelitian yang dijalankan.
 Peneliti telah mempertimbangkan kendala waktu, dana, dan berbagai kendala lain dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan.




b. Mengembangkan Gagasan dalam penelitian
Dengan adanya kejelasan dari perumusan permasalahan penelitian sehingga dapat diteliti dan dibuktikan, timbul suatu pertanyaan yang sangat mendasar yakni dari mana peneliti memulai pekerjaan penelitiannya? Pertanyaan tersebut selalu muncul dalam benak peneliti terutama sekali peneliti pemula, atau pemikiran tersebut muncul bagi peneliti yang tengah mencoba memulai karier penelitiannya (Donald, 1985). Lazimnya dalam dunia penelitian dikenal adanya tiga cara dalam mengawali penelitian, yaitu:
1. Replikasi
Merupakan salah satu cara untuk mendapatkan gagasan awal adalah dengan pendekatan replikasi terutama dalam merancang penelitian dengan lebih cepat dan tepat, guna mengatasi kesulitan yang banyak dihadapi peneliti yang belum banyak pengalaman.
Adapun cara menemukan model penelitian kajian ulang atau replikasi ini adalah:
a. Pertama-tama pilihlah dari literatur yang ada, ambil kajian tertentu yang patut dikaji ulang.
b. Susunlah desain penelitiannya secara terinci.
c. Bandingkan analisis anda sebagai peneliti pemula dengan hasil analisis terdahulu.
Catatan: tidak semua pembimbing menyukai model penelitian semacam ini, pembimbing lebih menyukai penelitian yang bersifat original.
2. Rekomendasi dari pembimbing
Untuk mendapatkan gagasan awal adalah dari pembimbing sendiri. Hal ini merupakan suatu sumber gagasan yang umum dilakukan oleh para mahasiswa pada umumnya (Balian,1983). Sesuatu yang perlu diingat bahwa peneliti seharusnya memahami serta menyukai topik yang diberikan oleh pembimbing. Dengan modal tersebut, kenyataanya tinggal sedikit meteri yang harus diperiksa oleh team penguji. Namun demikian harus diingat bahwa bagian metodologi termasuk mangenai analisisnya menjadi tanggung jawab peneliti secara keseluruhan.
3. Gagasan Original
Model mencari gagasan secara original sering dijumpai dilakukan oleh peneliti yang profesional, ataupun mereka yang tengah belajar penelitian (Best,J,.1983). Adapun cara yang harus diperhatikan oleh mereka sebagai berikut:
a. Pertama-tama peneliti meninjau literatur dengan suatu gagasan replikasi.
b. Berawal dari hal tersebut peneliti mengkasi apakah permasalahan penelitian yang akan diteliti masih cukup relevan untuk diteliti, dan adakah pemecahan masalahnya telah mengenai hal-hal yang mendasar?
c. Bila memungkinkan pihak peneliti mencari permasalahan yang akan diteliti betul-betul releven, dan menemukan metode yang setepat mungkin (Kidder, 1986).











DAFTAR PUSTAKA

Ghoni, Junaedi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Malang: Uin Press
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press
Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: P. T. Rineka Crita

METODE PENDIDIKAN SUNAN KALIJAGA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Pendidikan sebagai suatu proses dalam pandangan filsafat pendidikan Islam, sebagaimana tidak dapat dilepaskan dari keterkaitan dengan fitrah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Dengan demikian pendidikan pada hakikatnya adalah rangkaian bimbingan dan pengarahan hidup manusia berupa kemampuan-kemampuan dasar (potensi fitrah) dan kemampuan ajar (Intervensi), sehingga terjadi perubahan dalam kehidupan pribadinya baik dalam statusnya sebagai makhluk individu sosial serta hubungannya dengan alam sekitar dimana ia hidup (M. Arifin, 1994 : 14). Proses tersebut senantiasa harus berada dalam nilai-nilai Islam yaitu nilai-nilai yang melahirkan normanorma Syari’at dan Akhlaq al Karimah.
Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba-hamba Allah SWT (Nur Uhbiyati, 1997 : 12). Menurut Solicin bahwa membicarakan tentang Walisongo berarti membicarakan mengenai Islam di tanah Jawa. Oleh karena Walisongo lah yang mempelopori dakwah Islam di bumi Jawa. Walisongo dianggap sebagai tokoh-tokoh sejarah kharismatik yang membumikan Islam di tanah Jawa yang sebelumnya berkembang bersama tradisi Hindu-Budha (Purwadi, 2003:33) Kata wali berasal dari bahasa Arab itu artinya dekat atau kerabat, atau teman. Dalam Al-Qur’an istilah ini disebutkan dalam surat Yunus : 62 dan Al-Baqarah : 257. Menurut Efendy (dalam Purwadi, 2003 : 39) kata “wali” menurut istilah, ialah sebutan bagi orang-orang Islam yang dianggap keramat, mereka adalah penyebar agama Islam. Mereka dianggap manusia suci kekasih Allah, orang-orang yang sangat dekat dengan Allah, yang dikaruniai tenaga ghaib, mempunyai kekuatan-kekuatan batin yang sangat berlebih, mempunyai ilmu yang sangat tinggi, sakti berjaya-kejiwaan.
Menurut Hadiwiyono, kata sanga menurut pendapat Mohammad Adnan adalah perubahan dari kata sana yang berasal dari kata Arab “tsana” berarti sama dengan mahmud yang terpuji. Jadi Wali Sana artinya wali-wali terpuji. Pendapat Raden Tanoyo (pengarang kitab Wali Sanga). Hanya saja Tanoyo mengartikan sana bukan hanya terpuji tetapi tempat (Purwadi, 2003:39). Di antara Wal itu adalah merea Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat,bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid (Rahimsah, 2002 : 5). Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa yakni Hindu dan Budha (Purwadi, 2003: 73).
Tokoh wali yang sangat banyak mengandung misteri adalah Sunan Kalijaga. Ia salah seorang wali yang mulus berdarah Jawa. Bapaknya bernama Ari Teja, perdana Menteri Majapahit pada masa Bhre Kertabumi Brawijaya V, yang juga menjabat adipaati di Tuban dengan gelar Ki Tumenggung Wilwatika. Sebagai penyeru agama, Sunan Kalijaga termasyur ke mana-mana. Ia seorang mubalig keliling yang daerah operasinya sangat luas. Pengikutnya tidak terbatas pada satu dua golongan saja. Banyak kaum bangsawan serta kaum cendikiawan yang tertarik kepada tablignya, karena dalam berdakwah ia amat pandai menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia berusha mengawinkan adat istiadat Jawa dengan kebudayan Islam, dan menjadikannya media untuk meluaskan syiar Islam. Dalam kisah kewalian, Sunan Kalijaga dikenal sebagai orang yang menciptakan “pakaian takwa”, tembang-temang Jawa, seni memperingati Maulid Nabi yang telah dikenal dengan sebutan Grebed Mulud. Upacara Sekaten (syahadatain, mengucapkan dua kalimat syahadat) yang dilakukan setiap tahun untuk mengajak orang Jawa masuk Islam adalah ciptaannya (Achmad Chodjim, 2003 : 13).
Berangkat dari uraian tersebut diatas, penulis merasa sangat tertarik dan berminat untuk membuat makalah tentang pendidikan Islam menurut pemikiran Sunan Kalijaga sebagai objek kajian utama dalam pembahasannya. Terutama caranya berdakwah, yang dianggap berbeda dengan metode para wali yang lain. Dia berani memadukan dakwah dengan seni budaya yang mengakar di masyarakat. Ia tidak melakukan konfrontasi dengan budaya yang mengakar di masyarakat. Ia tidak melakukan konfrontasi dengan budaya masyarakat yang ada melainkan dengan “tapa geli” (mengikuti aliran air) dengan kebiasaan yang berlaku dan memberi baju Islam atau member pesan-pesan keislaman. Dengan demikian andil dan peranan Islam dalam membentuk kebudayaan Islam di Indonesia pada masa lalu hingga sekarang.
B. Rumusan Masalah
Ditinjau dari latar balakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Proses Sunan Kalijaga dalam Memperoleh pendidikan?
2. Bagaimana Metode pendidikan yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dalam mendidik Muridnya ?

C. Tujuan Masalah
Ditinjau dari rumusan masalah di atas, maka dapat diambil tujuan masalah sebagai berikut:
1. Mengatahui Proses Pendidikan yang ditempuh oleh Sunan Kalijaga.
2. Mengatahui Metode pendidikan yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dalam mendidik Muridnya.

















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Pendidikan Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1455. Beliau diberi nama Raden Mas Said atau yang bergelar “Sunan Kalijaga” yang merupakan putra dari Ki Tumenggung Wilatikta yaitu Bupati Tuban. Dan ada pula yang mengatakan bahwa nama lengkap ayah Sunan Kalijaga adalah Raden Sahur Tumenggung Wilatikta. Selain itu ada versi lain yang menyatakan bahwa ayah Sunan Kalijaga bernama Haryo Tejo III . Saat Sunan Kalijaga masih kecil, beliau sudah merasakan dan melihat lingkungan sekitar yang kontradiktif dengan kehidupan rakyat jelata yang serba kekurangan, menyebabkan ia bertanya kepada ayahnya mengenai hal tersebut, yang dijawab oleh ayahnya bahwa itu adalah untuk kepentingan kerajaan Majapahit yang membutuhkan dana banyak untuk menghadapi pemberontakan. Maka secara diam-diam ia bergaul dengan rakyat jelata, menjadi pencuri untuk mengambil sebagian barang-barang di gudang dan membagikan kepada rakyat yang membutuhkan. Namun akhirnya ia ketahuan dan dihukum cambuk 200 kali ditangannya dan disekap beberapa hari oleh ayahnya, yang kemudian ia pergi tanpa pamit. Mencuri atau merampok dengan topeng ia lakukan, demi rakyat jelata. Tapi ia tertangkap lagi, yang menyebabkan ia di usir oleh ayahnya dari Kadipaten. Akhirnya ia pun pergi, tinggal di hutan Jadiwangi dan menjadi perampok orang-orang kaya dan berjuluk Brandal Lokajaya. Di Hutan Jadiwangi itulah ia menjadi pembegal yang kejam .
Pada suatu hari di dalam hutan Jadiwangi itu Sunan Bonang sedang lewat, kemudian ia dihadang dan hendak dirampok. Sunan Bonang berkata pada Sunan Kalijaga, “kelak, kalau ada orang lewat disini, memakai pakaian serba hitam, serta berselendang bunga wora-wari merah, ini sebaiknya rampoklah”. Raden Said menuruti, Sunan Bonang dibebaskan. Kira-kira tiga hari kemudian orang yang ditunggu-tunggu lewat di tempat itu. Raden Said siap menghadang orang itu. Pakaiannya serba hitam, berselendang bunga wora-wari merah. Setelah dihentikan oleh Raden Said, Sunan Bonang berubah menjadi empat. Raden Said ketakutan melihat kejadian itu dan berjanji pada Sunan Bonang untuk mengakhiri perbuatan nistanya itu. Kemudian ia bertapa dua tahun, karena beliau taat pada Sunan Bonang. Setelah bertapa Raden Said pindah ke Cirebon. Disitu beliau bertapa lagi di pinggir kali, bernama Kalijaga. Dari sinilah sejarahnya kenapa beliau bergelar “Sunan Kalijaga”. Lama kelamaan kemudian beliau diambil ipar oleh Sunan Gunung Jati .
Beliau menikah dengan dewi Sarokah dan mempunyai 5 (lima) anak, yaitu:
1. Kanjeng Ratu Pembayun yang menjadi istri Raden Trenggono (Demak)
2. Nyai Ageng Penenggak yang kemudian kawin dengan Kyai Ageng Pakar
3. Sunan Hadi (yang menjadi panembahan kali) menggantikan Sunan Kaijaga sebagai kepala Perdikan Kadilangu.
4. Raden Abdurrahman
5. Nyai Ageng Ngerang.
Dalam suatu cerita dikatakan bahwa Sunan Kalijaga pernah juga menikah dengan Dewi Sarah binti Maulana Ishak, Sunan Kalijaga mempunyai tiga orang putra, masing-masing ialah:
1. Raden Umar Said (Sunan Muria)
2. Dewi Ruqoyah
3. Dewi Sofiyah
Nama Kalijaga menurut setengah riwayat, dikatakan berasal dari rangkaian bahasa Arab “Qadli Zaka”, Qadli artinya pelaksana, penghulu: sedangkan Zaka artinya membersihkan. Jadi Qadlizaka atau yang kemudian menurut lidah dan ejaan kita sekarang berubah menjadi Kalijaga itu artinya adalah pelaksana atau pemimpin yang menegakkan kebersihan (kesucian) dan kebenaran agama Islam.
Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian, ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1479), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga kerajaan panjang yang lahir pada 1541 serta awal kehadiran kerajaan Mataram di bawah pimpinan Panembahan Senopati. Pada umumnya para Walisongo namanya menjadi terkenal dengan tempat dimana wali itu dimakamkan. Tidak demikian halnya dengan Sunan Kalijaga yang makamnya berada di Kadilangu, tetapi namanya tetap terkenal dengan sebutan “Sunan Kalijaga” .
Sunan Kalijaga mula mula berguru pada sunan Bonang. Setelah itu, beliau datang berguru pada Sunan Gunung Jati di Cirebon dan memohon guna memohon agar seluruh ilmu sunan Gunung Jati diwejangkan kepadanya. Disebut dalam literature Jawa, beliau berguru pula pada para wali yang lain sehingga walaupun beliau adalah wali yang paling muda tetapi merupakan murid yang paling pandai. Menurut pendapat ini, para guru memiliki kemampuan ilmu hanya sebatas yang mereka miliki masing-masing, sedangkan ilmu yang dimiliki sunan Kalijaga mencakup semua ilmu yang dimiliki oleh para wali tersebut. Lebih dari itu, Sunan Kalijaga tidak hanya berguru kepada para wali sesame walisongo di Jawa saja, bahkan dikabarkan pula beliau juga berguru kepada Nabi Khidir a. s., sebagaimana dahulu Nabi Musa a. s. pernah berguru kepada nabi Khidir a.s. Apakah beliau berguru kepada nabi khidir a.s. hanya melalui alam ghaib ataukah dalam kenyataan seperti yang biasanya disebut dalam babad Jawa, masih merupakan suatu misteri yang besar.
Diberitakan Sunan Kalijaga juga berguru pada Dara Petak di Palembang, lalu dilanjutkan pula berguru kepada syaikh sutabris dipulau Upih malaka. Menurut Dr. Hoesein Djajaningrat, syaikh sutabris adalah sebutan ringkas dari syamsu Tabris atau Syamsuddin Ath-Thabrizi yaitu syamsuddin dari thabriztan penulis Diwan-i Syams-i Tabriz. Dalam sejarah kebudayaan Persia nama tokoh ini amat terkenal dan bertalian sangat erat dengan riwayat hidup jalaluddin Rumi (wafat Tahun 1273 M) penyair sufi terbsar dari Persia. Syamsuddin Ath-Thabrizi wafat akibat pembunuhan kejam yang dilakukan oleh lawan mahzabnya pada tahun 645/ 1247 M, sedangkan masa hidup sunan kalijaga adalah beberapa abad sesudahnya. Dari sini dapat dinyatakan bahwa tidak mungkin Sunan kalijaga berguru langsung kepada pribadi syaikh ini sebagaimana tak mungkin benarnya berita-berita di jawa yang menyatakan bahwa syaikh Subratis berpindah kediaman ke Demak setelah berdirinya kerajaan Islam Demak dan kemudian wafat serta dikuburkan di Demak. Adapun yang lebih mendekati kemungkinan ialah bahwa Sunan Kalijaga berguru pada seorang mu’alim di Malaka yang mengajarkan pikiran pikiran Syaikh Sutabris berdasarkan kitab peninggalannya itu .
Melalui pertautan mata rantai Sunan kalijaga dengan Syaikh Sutabris di atas, maka dapatlah kita mereka reka jalan pikiran, sikap dan kehidupan Sunan Kalijaga yang kiranya tentu banyak dipengaruhi oleh jalan pikiran dan sikap hidup gurunya. Sebagaimana diketahui bahwa Syaikh Sutabris dikenal sebagai pengembara sufi yang telah sampai pada derajad fakir, tiada membuthkan tmpat kediaman tertentu, berpindah pindah dan berkililing dari tempat satu ke tempat yang lain dan kehidupan Sunan Kalijaga memang sesuai dengan gurunya yaitu beliau selalu mengembara ke berbagai tempat. Sekali waktu Sunan Kalijaga diberitakan berada di Tegal menggelar wayang Barongan dan dijuliki ki Benguk yang mendalang dengan upah kalimat syahadat dari para penontonnya, yaitu menebus jasa pergelaran wayangnya dengan masuk Islam. Pada saat yang lain lagi diberitakan Sunan Kalijaga sudah berada di pajajaran, mendalang pantun dengan berjuluk sebagai Ki Seda Brabgti dan pada kesempatan yang lain beliau juga suah berada di kawasan Majapahi terus ke Blambangan. Di wilayah bagian timur jawa itu Sunan Kalijaga mendalang Wayang Kulit dan menyamarkan diri dengan nama Kuncara Purba. Sebentar lagi terdengar pula berita bahwa beliau sudah dibagian Jawa Tengah Selatan, yaitu di daerah Bagelen, Mataram, Bukit Jabalkat di Tembayat untuk mendekati tokoh-tokoh tua penting daerah itu agar masuk Islam .
Dari sini dapat kita lihat bahwa pendidikan yang ditempuh oleh Sunan Kalijaga sangatlah panjang dan beliau juga tidak hanya berguru pada 1 guru saja, melainkan beliau juga berguru pada para wali dan ulama di Nusantara dan luar negeri. Dari banyaknya guru beliau inilah ilmu beliau menjadi sangat luas dan bisa dikatakan beliau adalah gudang ilmu dari para wali songo.
2.2 Metode pendidikan yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dalam mendidik Muridnya
Diantara para Wali Sembilan, beliau terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar, seorang pemimpin, mubaligh, pujangga dan filosofi. daerah operasinya tidak terbatas, oleh karena itu beliau adalah terhitung seorang mubaligh keliling (reizendle mubaligh). jikalau beliau bertabligh, senantiasa diikuti oleh pada kaum ningrat dan sarjana . Kaum bangsawan dan cendekiawan amat simpatik kepada beliau. karena caranya beliau menyiarkan agama islam yang disesuaikan dengan aliran jaman, Sunan Kalijaga adalah adalah seorang wali yang kritis, banyak toleransi dan pergaulannya dan berpandangan jauh serta berperasaan dalam. Semasa hidupnya, sunan kalijaga terhitung seorang wali yang ternama serta disegani beliau terkenal sebagai seorang pujangga yang berinisiatif mengaran cerita-cerita wayang yang disesuaikan dengan ajaran Islam dengan lain perkataan, dalam cerita-cerita wayang itu dimaksudkan sebanyak mungkin unsur-unsur ke-Islam-an,. hal ini dilakukan karena pertimbangan bahwa masyarakat di Jawa pada waktu itu masih tebal kepercayaannya terhadap Hinduisme dan Buddhisme, atau tegasnya Syiwa Budha, ataupun dengan kata lain, masyarakat masih memagang teguh tradisi-tradisi atau adat istiadat lama.
Diantaranya masih suka kepada pertunjukan wayang, gemar kepada gamelan dan beberapa cabang kesenian lainnya, sebab-sebab inilah yang mendorong Sunan Kalijaga sebagai salah seorang mubaligh untuk memeras otak, mengatur siasat, yaitu menempuh jalan mengawinkan adat istiadat lama dengan ajaran-ajaran Islam assimilasi kebudayaan, jalan dan cara mana adalah berdasarkan atas kebijaksanaan para wali sembilan dalam mengambangkan Agama Islam di sini. Sunan Kalijaga, namanya hingga kini masih tetap harum serta dikenang oleh seluruh lapisan masyrakat dari yang atas sampai yang bawah. hal ini adalah merupakan suatu bukti, bahwa beliau itu benar-benar manusia besar jiwanya, dan besar pula jasanya. sebagai pujangga, telah banyak mengarang berbagai cerita yang mengandung filsafat serta berjiwa agama, seni lukis yang bernafaskan Islam, seni suara yang berjiwakan tauhid. disamping itu pula beliau berjasa pula bagi perkembangan dari kehidupan wayang kulit yang ada sekarang ini.
Sunan Kalijaga adalah pengarang dari kitab-kitab cerita-cerita wayang yang dramatis serta diberi jiwa agama, banyak cerita-cerita yang dibuatnya yang isinya menggambarkan ethik ke-Islam-an, kesusilaan dalam hidup sepanjang tuntunan dan ajaran Islam , hanya diselipkan ke dalam cerita kewayangan. oleh karena Sunan Kalijaga mengetahui, bahwa pada waktu itu keadaan masyarakat menghendaki yang sedemikian, maka taktik perjuangan beliaupun disesuaikannya pula dengan keadaan ruang dan waktu. Berhubung pada waktu itu sedikit para pemeluk agama syiwa budha yang fanatik terhadap ajaran agamanya, maka akan berbahaya sekali kiranya apabila dalam memperkembangkan agama islam selanjutnya tidak dilakukan dengan cara yang bijaksana. para wali termasuk didalamnya Sunan Kalijaga mengetahui bahwa rakyat dari kerajaan Majapahit masih lekat sekali kepada kesenian dan kebudayaan mereka, diantaranya masih gemar kepada gemalan dan keramaian-keramaian yang bersifat keagamaan Syiwa-Budha .
Maka setelah diadakan permusyawaratan para wali, dapat diketemukan suatu cara yang lebih supel, dengan maksud untuk meng-Islam-kan orang-orang yang belum masuk Islam. cara itu diketemukan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang yang terkenal berjiwa besar, dan berpandangan jauh,berfikiran tajam, serta berasal dari suku jawa asli. disamping itu beliau juga ahli seni dan faham pula akan gamelan serta gending-gending (lagu-lagunya). Maka dipesanlah oleh Sunan Kalijaga kepada ahli gamelan untuk membuatkan serancak gamelan, yang kemudian diberinya nama kyai sekati. hal itu adalah dimaksudkan untuk memperkembangkan Agama Islam.
Menurut adat kebiasaan pada setiap tahun, sesudan konperensi besar para wali, diserambi Masjid Demak diadakan perayaan Maulid Nabi yang diramaikan dengan rebana (Bhs. Jawa Terbangan) menurut irama seni arab. Hal ini oleh Sunan Kalijaga hendak disempurnakan dengan pengertian disesuaikan dengan alam fikiran masyarakat jawa. maka gamelan yang telah dipesan itupun ditempatkan diatas pagengan yaitu sebuah tarub yang tempatnya di depan halaman Masjid Demak, dengan dihiasai beraneka macam bungan-bungaan yang indah. gapura mashidpun dihiasinya pula, sehingga banyaklah rakyat yang tertarik untuk berkunjung ke sana, gamelan itupun kemudian dipukulinya betalu-talu dengan tiada henti-hentinya. Kemudian dimuka gapura masjid, tampillah ke depan podium bergantian para wali memberikan wejangan-wejangan serta nasehat-nasehatnya uraian-uraiannya diberikan dengan gaya bahasa yang sangat menarik sehingga orang yang mendengarkan hatinya tertaik untuk masuk ke dalam masjid untuk mendekati gamelan yang sedang ditabuh, artinya dibunyikan itu. dan mereka diperbolehkan masuk ke dalam masjid, akan tetapi terlebih dahulu harus mengambil air wudlu di kolas masjid melalui pintu gapura. upacara yang demikian ini mengandung simbolik, yang diartikan bahwa bagi barang siapa yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat kemudian masuk ke dalam masjid melalui gapura (dari Bahasa Arab Ghapura) maka berarti bahwa segala dosanya sudah diampuni oleh Tuhan.
Sungguh besar jasa Sunan Kalijaga terhadap kesenian, tidak hanya dalam lapangan seni suara saja, akan tetapi juga meliputi seni drama (wayang kulit) seni gamelan, seni lukis, seni pakaian, seni ukir, seni pahat. dan juga dalam lapangan kesusastraan, banyak corak batik oleh sunan kalijaga (periode demak) diberi motif “burung” di dalam beraneka macam. sebagai gambar ilustrasi, perwujudan burung itu memanglah sangat indahnya, akan tetapi lebih indah lagi dia sebagai riwayat pendidikan dan pengajaran budi pekerti. di dalam bahasa kawi, burung itu disebut “kukila” dan kata bahasa kawi ini jika dalam bahasa arab adalah dari rangkaian kata : “quu” dan “qilla” atau “quuqiila”, yang artinya “peliharalah ucapan (mulut)-mu. Hal mana dimaksudkan bahwa kain pakaian yang bermotif kukila atau burung itu senantiasa memperingatkan atau mendidik dan mengajar kepada kita, agar selalu baik tutur katanya, inilah diantaranya jasa sunan kalijaga dalam hal seni lukis. Dalam hubungan ini dibuatnya model baju kaum pria yang diberinya nama baju “takwo”, nama tersebut berasal berasal dari kata bahasa arab “taqwa” yang artinya ta’at serta berbakti kepada Allah SWT.
Nama yang simbolik sifatnya ini, dimaksudkan untuk mendidik kita agar supaya selalu cara hidup dan kehidupan kita sesuai dengan tuntunan agama. Nama Kalijaga menurut setengah riwayat , dikatakan berasal dari rangkaian Bahasa Arab ‘ Qadli Zaka, Qadli – artinya pelaksana, penghulu : sedangkan Zaka – artinya membersihkan. jadi Qodlizaka atau yang kemudian menurut lidah dan ejaan kita sekarang berubah menjadi Kalijaga itu artinya ialah pelaksana atau pemimpin yang menegakkan kebersihan (kesucian) dan kebenaran agama Islam.
Sunan Kalijaga juga membuat syair yang penuh makna dan masih terkenal sampai sekarang. Hampir semua orang pernah mendengar syair tersebut, syair itu berjudul Lir Ilir. Bukan sekedar Syair dolanan .. tapi lagu penuh makna mendalam. Tidak untuk dinikmati syair dan nadanya semata, tapi yang lebih penting adalah untuk direnungkan dan dicontoh penyeruannya. Berikut adalah Syair Lir ilir beserta maknanya.
Lir Ilir
Lir-ilir, lir-ilir tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jrumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo
Terjemahan bahasa Indonesia dari syair diatas kira-kira adalah demikian:
Ayo bangun (dari tidur), tanam-tanaman sudah mulai bersemi,
demikian menghijau terlihat bagaikan pengantin baru
Wahai gembala, ambillah buah blimbing itu,
walaupun licin tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang telah koyak sisihkanlah
Jahit dan benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung sedang terang bulan, mumpung sedang banyak waktu luang
Mari bersorak-sorak ayo…
Hijau adalah warna perlambang agama Islam yang saat itu kemunculannya bagaikan pengantin baru dan sangat menarik hati. Hijau juga berarti pertumbuhan dan kemudaan. Syair di atas tidak menuliskan: “Wahai Raja”, "Ulama, Ulama", "Pak Jendral, Pak Jendral", "Intelektual, Intelektual" atau apapun lainnya, melainkan "Bocah Angon, Bocah Angon...". Ini menunjukkan bahwa syair ini ditujukan juga bagi wong cilik, orang kebanyakan. Karena sesungguhnya orang kebanyakan pun mempunyai tanggungjawab atau amanah sendiri-sendiri. Kullukum roin wa kullukum mas’ulum ‘an roiyatih. Ro’in sendiri dalam bahasa arab biasa diartikan sebagai gembala. Masa kecil Rasullah juga seorang gembala. Orang kecil yang mempunyai amanah yang membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Harus dipanjat dengan hati-hati untuk memperoleh buahnya, bukan ditebang, dirobohkan dan diperebutkan. Ini menjaga kelangsungan dari berkah sang pohon blimbing agar tetap bisa memberikan buahnya di masa yang akan datang. Air perasan blimbing jaman dahulu biasa digunakan ibu-ibu untuk mencuci pakaian yang kotornya berlebihan. Karena mengandung sifat asam kuat maka baju yang dicuci dengan air blimbing dapat menjadi bersih kembali seperti baru .
Dodot adalah jenis pakaian tradisional Jawa yang sering dipakai pembesar jaman dulu. Bagi masyarakat Jawa, agama adalah ibarat pakaian, maka dodot dipakai sebagai lambang agama atau kepercayaan. Pakaian juga berarti perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan jiwa adalah perhiasan takwa. (fa ta zawwaduu fa inna khoiro zaadi taqwa). Pakaian adalah akhlak, pegangan nilai, landasan moral dan sistem nilai. Pakaian adalah rasa malu, harga diri, kepribadian, tanggung jawab. Pakaianmu, (yaitu) agamamu atau akhlakmu sudah rusak maka jahitlah (perbaiki). Rusak di pinggir-pinggir artinya bukan rusak total tetapi kurang sempurna. Jadi syair ini menuntun kita untuk menyempurnakan agama dengan keimanan dan ketakwaan yang sempurna pula. Udkhuluu fi silmi kaaffah. Jika engkau melanggar atau mengkhianati amanat, tugas dan fungsimu, maka sesungguhnya engkau sedang menelanjangi dirimu sendiri. Menghinakan diri sendiri. Pakaian yang robek-robek ini perlu diperbaiki sebagai bekal menghadap Robbmu yang Maha sempurna. Maka dondomono, jlumatono, jahitlah robekan-robekan itu, utuhkan kembali, tegakkan harkat yang selama compang-camping oleh maksiat yang masih dilakukan. Selagi ada cahaya terang yang menuntunmu, selagi masih hidup dan masih ada kesempatan bertobat. Bersemangat dan optimislah. Selagi hidayah Allah masih bisa diraih. Bergembiralah, semoga kalian mendapat anugerah dari Alloh .
Demikianlah petuah dari Sunan Kalijaga lima abad yang lalu, yang sampai saat ini pun masih tetap terasa relevansinya. Semoga petuah dari salah seorang waliyullah kenamaan ini membuat kita semakin bersemangat dalam menjalankan ibadah kita di bulan yang penuh rahmat ini. Amin…










KESIMPULAN
1. pendidikan yang ditempuh oleh Sunan Kalijaga sangatlah panjang dan beliau juga tidak hanya berguru pada 1 guru saja, melainkan beliau juga berguru pada para wali dan ulama di Nusantara dan luar negeri. Dari banyaknya guru beliau inilah ilmu beliau menjadi sangat luas dan bisa dikatakan beliau adalah gudang ilmu dari para wali songo.
2. Dalam mendidik para murid, santri dan masyarakat pada saat itu, sunan kali jaga menggunakan media kesenian, tidak hanya dalam lapangan seni suara saja, akan tetapi juga meliputi seni drama (wayang kulit) seni gamelan, seni lukis, seni pakaian, seni ukir, seni pahat. dan juga dalam lapangan kesusastraan. Selain itu Sunan kalijaga juga membuat suatu tembang yang sangat terkenal sampai saat ini yang mempunyai makna yang sangat bagus dan baik bagi umat Islam khususnya pada masyarakat Jawa dan tembang tersebut berjudul Lir Ilir.


















DAFTAR PUSTAKA

Soekirno, Ade. 1997.” Sunan Kalijogo”. Grasindo: Jakarta

Simon, Hasanu. 2003. “Misteri Syekh Siti Jenar (Peran Wali Songo Dalam Mengislamkan Tanah Jawa)”. PUSTAKA BELAJAR: Yogyakarta.

Saksono, Widji. 1994. “Mengislamkan Tanah Jawa (Telaah atas Metode Dakwah WaliSongo)”. MIZAN: Yogyakarta.

Ridin Sofwan, Wasit dan Mundiri. 1999. “ Islamisasi di Jawa (Walisongo, Penyebar Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad)”. PUSTAKA PELAJAR: Yogyakarta

Nasution, S. 2001. “Sejarah Pendidikan Indonesia”. PT. BUMI AKSARA: Jakarta.

http://arishanafi.blogspot.com/2009/01/filosofi-tembang-lir-ilir.html

http://antasena.tk/pengetahuan/makna-tembang-lir-ilir.html

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK POLA PIKIR ANAK

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK POLA PIKIR ANAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah
Pemikiran Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : M. Mukhlis Fahruddin, M. Si



Disusun Oleh
Furqon Nur Ihsan Rizali (09110112)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
April
2011


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Tiada kata yang lebih indah selain ucapan kata syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Orang Tua Dalam Membentuk Pola Pikir Anak Dalam Belajar” ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam yang mana tugas ini merupakan tugas individu. Makalah ini berisi tentang peran orang tua dalam membentuk pola pikir anak dalam belajar.
Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak menemui hambatan dalam penyalesaiannya. Namun, atas bantuan berbagai pihak makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena hal itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut. Khususnya kepada Bp. M. Mukhlis Fahruddin, M. Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam yang telah memberikan bimbingannya, dan teman-teman kelas B jurusan Pendidikan Agama Islam.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Namun, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan agar makalah ini lebih baik di waktu yang akan datang.
Malang, April 2011

Penulis

i

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Balakang
Anak merupakan anugrah dari Allah yang pantas kita syukuri dan amanah yang harus kita jaga dan lindungi, juga merupakan hal yang sangat berharga di mata siapapun, khususnya orangtua. Anak adalah perekat hubungan di dalam keluarga, sehingga dapat dikatakan anak memiliki nilai yang tak terhingga.Banyak fenomena membuktikan orangtua rela berkorban demi keberhasilan anaknya. Tidak jarang ditemukan orangtua yang menghabiskan waktu, sibuk bekerja semata-mata hanya untuk kepentingan anak.
Ditinjau dari sisi psikologi, kebutuhan anak bukan hanya sebatas kebutuhan materi semata, anak juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang terdekatnya, khususnya orangtua.Realitanya, banyak anak yang kurang mendapatkan kebutuhan afeksi (kasih sayang), disebabkan orangtua sibuk mencari uang demi untuk memperbaiki perekonomian keluarga.perbedaan persepsi inilah yang terkadang membuat dilema dalam hubungan antara orangtua dan anak menjadi semakin lemah.
Perhatian dan kasih sayang merupakan kebutuhan mendasar bagi anak. Lingkungan rumah disamping berfungsi sebagai tempat berlindung, juga berfungsi sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang, seperti kebutuhan bergaul, kebutuhan rasa aman, kebutuhan mengaktualisasika diri, dan sebagai wahana untuk mengasuh anak hingga dewasa. Dengan kata lain, lingkungan keluarga memiliki andil besar dalam perkembangan psikologi anak.
Kedekatan hubungan antara orangtua dengan anak tentu saja akan berpengaruh secara emosional. Anak akan merasa dibutuhkan dan berharga dalam keluarga, apabila orangtua memberikan perhatiannya kepada anak.
Anak akan mengganggap bahwa keluarga merupakan bagian dari dirinya yang sangat dibutuhkan dalam segala hal. Sebaliknya, hubungan yang kurang harmonis antara orangtua dan anakakan berdampak buruk terhadap perkembangan anak.Tidak jarang anak terjerumus ke hal-hal negatif dengan alasan orangtua kurang memberikan perhatian kpada anak. Dari fenomena ini, kita dapat melihat bahwa peran orangtua sangat dibutuhkan dalam perkembangan psikologi anak. Perhatian dan kedekatan orangtua sangat mempengaruhi keberhasilan anak dalam mencapai apa yang diinginkan. Orangtua merupakan pemberi motivasi terbesar bagi anak, sehingga diharapkan orangtua dapat memberikan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya kepada anak.Kedekatan antara orangtua dan anak memiliki makna dan peran yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan keluarga.Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas pertemuan antar anggota keluarga perlu ditingkatkan dengan tujuan untuk membangun keutuhan hubungan orangtua dan anak dan membangun pola pikir anak.

2.2 Rumusan Masalah
Dari Latar belakang di atas, dapat kami berikan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja yang mempengaruhi pola pikir anak dalam belajar?
2. Apa peran orang tua dalam membentuk pola pikir anak dalam belajar?

1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa saja hal yang mempengaruhi pola pikir anak dalam bejajar
2. Mengetahui peran orang tua dalam membentuk pola pikir anak dalam belajar.














BAB II
Pembahasan

2.1 Hal yang mempengaruhi pola pikir anak dalam belajar

Prestasi dalam belajar merupakan dambaan bagi setiap orangtua terhadap anaknya. Prestasi yang baik tentu akan didapat dengan proses belajar yang baik juga. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari perilaku lama ke perilaku yang baru, dari pemahaman lama ke pemahaman baru. Dalam proses belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana anak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan rangsangan yang ada, sehingga terdapat reaksi yang muncul dari anak . Reaksi yang dilakukan merupakan usaha untuk menciptakan kegiatan belajar sekaligus menyelesaikannya. Sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang mengakibatkan perubahan pada anak sebagai hal baru serta menambah pengetahuan.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa belajar merupakan kegiatan penting baik untuk anak-anak, bahkan juga untuk orang dewasa sekalipun. Perlunya perhatian faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses belajar. Suasana yang nyaman dan kondusif mengakibatkan proses belajar akan menjadi lebih baik. Termasuk juga keaktifan proses mental untuk sering dilatih, sehingga nantinya menjadi suatu kegiatan yang terbiasa. Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Orangtua pun perlu untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orangtua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan:

FAKTOR DARI DALAM DIRI
1. Kesehatan
Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar . Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.
2. Intelegensi
Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Menurut Gardner dalam teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.

3. Minat dan Motivasi
Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan
4. Cara Belajar
Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar.

FAKTOR DARI LINGKUNGAN
1. Keluarga
Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.
2. Sekolah
Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar.
3. Masyarakat
Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar .
4. Lingkungan Sekitar
Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.
Dari sekian banyak faktor yang harus diperhatikan, tentu tidak ada situasi 100% yang dapat dilakukan secara keseluruhan dan sempurna. Tetapi berusaha untuk memenuhinya sesempurna mungkin bukanlah faktor yang mustahil untuk dilakukan.

2.2 Peran orang tua dalam membentuk pola pikir anak dalam belajar.
Dari sekian banyak factor yang mempengaruhi pola pikir anak dalam belajar adalah peran orang tua Keluarga merupakan masyarakat kecil tempat anak melihat cahaya kehidupan pertama, sehingga apapun yang dicurahkan dalam sebuah keluarga akan meninggalkan kesan yang mendalam terhadap watak, pikiran serta sikap dan perilaku anak. Sebab tujuan dalam membina kehidupan keluarga adalah agar dapat melahirkan generasi baru sebagai penerus perjuangan hidup orang tua.Untuk itulah orang tua mempunyai tanggung jawab dan kewajiban dalam pendidikan anak-anaknya.Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT.dalam surat At-Tahrim (ayat : 6)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (٦)
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Setiap orang tua pasti menginginkan keberhasilan dalam pendidikan anak-anaknya. Keberhasilan tersebut tentunya tidak akan dapat terwujud tanpa adanya usaha dan peran dari orang tua itu sendiri pelu disadari orang tua adalah kunci suksesnya keluarga baik sukses dalam keharmonisan juga terhadap pola pikir anak sendiri,sebab semua anak terahir dalam suci (firah) dimana anak tergantung kendali orang tua. Anak akan tumbuh dengan sipat dan sikap yang ditanamkan oleh orang tua terhadap buah hati. Bila sifat dan sikap yang ditanamkan baik maka anak akan tumbuh berkembang baik dan sebaliknya . Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW.
Yang mana Hadis tersebut mengandung pengertian bahwa orang tua mempunyai peranan yang sangat penting terhadap pembentukan kepribadian anak serta memberikan pengaruh yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikannya. Salah satu dari peranan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan anaknya adalah dengan memberikan perhatian, terutama perhatian pada kegiatan belajar mereka di rumah. Perhatian orang tua memiliki pengaruh psikologis yang besar terhadap kegiatan belajar anak.
Dengan adanya perhatian dari orang tua, anak akan lebih giat dan lebih bersemangat dalam belajar karena ia tahu bahwa bukan dirinya sendiri saja yang berkeinginan untuk maju, akan tetapi orang tuanya pun demikian. Sebab baik buruknya prestasi yang dicapai anak akan memberikan pengaruh kepadanya dalam perkembangan pendidikan selanjutnya. Totalitas sikap orang tua dalam memperhatikan segala aktivitas anak selama menjalani rutinitasnya sebagai pelajar sangat diperlukan agar si anak mudah dalam mentransfer ilmu selama menjalani proses belajar, di samping itu juga agar ia dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal. Perhatian orang tua dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar, pemberian motivasi dan penghargaan, serta pemenuhan fasilitas belajar. Pemberian bimbingan dan nasihat menjadikan anak memilikiidealisme, pemberian pengawasan terhadap belajarnya adalah untuk melatih anak memiliki kedisiplinan, pemberian motivasi dan penghargaan agar anak terdorong untuk belajar dan berprestasi, sedangkan pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan dalam belajar adalah agar anak semakin teguh pendiriannya pada suatu idealisme yang ingin dicapai dengan memanfaatkan fasilitas yang ada, jadi dapat disimpulkan bahwa orang tua paling berpengaruh dan penting dalam menapai anak yang soleh .
Setiap orangtua pasti memiliki harapan yang sama: berhasil mendidik anak dengan baik, agar mereka menjadi orang yang berhasil, menjadi kebanggaan keluarga dan berguna bagi masyarakat. Namun, kenyataannya memang usaha untuk mencapai keinginan dan harapan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.Salah satu hal penting yang diperlukan untuk berhasil mendidik Anak adalah kesepakatan kedua orangtua.Kadangkala kita menemui orangtua yang tidak sepaham atau tidak sejalan dalam mendidik anak-anak mereka. Sebab bagaimanapun, suami dan istri merupakan dua pribadi yang berbeda, sehingga berbeda pula pola pikir dan cara-cara yang dianggap baik dalam mendidik anak. Untuk itu perlu dibuat kesepakatan antara kedua orangtua, agar tidak terjadi perbedaan– perbedaan dalam memberi aturan ataupun keputusan tertentu kepada anak. Tentu saja suami-istiri tidak dapat menghindari perbedaan sifat atau karakter duk bersama, berdiskusi, dan mencapai kata sepakat untuk mendidik anak mereka. Meskipun sudah terjadi kesepakatan, namun perbedaan pendapat antara suami dan istri terkadang masih muncul juga. Perbedaan pendapat sebetulnya boleh-boleh saja asalkan tidak mendasar dan tidak dilakukan di depan anak.
• Hal yanag perlu diterapkan orang tua (suami-istiri)
a. Satu Suara di Depan Anak
Di depan anak kedua orangtua harus sepakat alias satu suara, apakah itu boleh atau tidak boleh, Ya atau tidak. Kesepakat tersebut perlu supaya anak tidak menjadi bingung dengan aturan yang sudah ditetapkan. Selain itu, untuk mencegah agar anak tidak menjadi ’mangkak’ dan mengambil keuntungan karena mengetahui kedua orangtuanya sering memiliki pandangan berbeda dan tidak kompak dalam mengasuh anak. Mereka bisa memanfaatkan celah di mana dia dapat menemukan pembelaan dan perlakuan yang senantiasa menyenangkannya. Misalnya, ketika sang anak dimarahi ayahnya karena tidak tidur siang, sang ibu malah membelanya. Perbedaan sikap atau pendapat kedua orangtua yang dilihat anak ini bisa membuat anak merasa "menang" atas ayahnya karena memiliki pembela yaitu ibunya. Dengan demikian, dia akan dengan mudah berlindung di belakang pembelanya. Akibatnya, pola pengasuhan tidak berjalan dengan baik karena adanya dualisme ini.
Untuk senantiasa memiliki satu suara di depan anak, perlu selalu menjalin komunikasi yang baik dan hangat satu sama lain. Orangtua harus sesering mungkin mendiskusikan masalah-masalah yang terjadi seputar anak-anak mereka dan mencapai solusi kesepakatan. Bila ternyata salah satu pihak sudah mengambil keputusan bagi anak, maka sebaiknya pasangannya menghargai keputusan itu.
b. Komunikasikan atas Tindakan Yang Akan Dilakukan
Terkadang orang tua memberikan ’sanksi’ atau menjatuhi ’hukuman’ kepada anak karena tindakan mereka yang tidak sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan. Adakalanya pasangan tidak mengetahui hukuman yang sedang di terapkan. untuk itu perlu dikomunikasikan segera kepada pasangan ditempat yang tersembunyi, jangan sampai terjadi ketidak sepakatan di depan anak. Contohnya seorang Ibu menghukum anaknya, tidak boleh main game, karena malas mengerjakan PR. Namun sang Ayah yang baru pulang dari kantor memberikan ijin, karena tidak tahu bahwa anaknya sedang mendapat hukuman dari sang Ibu.
Agar tidak terjadi konflik antar orangtua dan masalah cepat teratasi, maka perlu segera dikomunikasikan kepada pasangan , hukuman apa yang sedang Anda berlakukan. Beritahu pasangan bentuk hukuman dan alasan Anda menjatuhkan hukuman itu. Dengan demikian, sebelum pulang ke rumah, suami sudah tahu anak sedang mendapat sanksi dari Anda.
Bila ternyata komunikasi tidak sempat dilakukan, ketika Anda tahu suami mengizinkan anak main game, segera komunikasikan hal itu di tempat yang tersembunyi dari Anak. Setelah itu suami bisa segera meminta anak untuk berhenti main game. Sehingga, pada akhirnya Anda dan suami bisa tetap kompak di depan anak, dan anak tak punya celah untuk memanfaatkan situasi.
c. Menerapkan Disiplin
Menanamkan disiplin kepada Anak sejak dini sangat diperlukan. kebiasaan hidup teratur perlu diterapkan kepada anak. Dimulai dari bangun tidur, mandi, makan, belajar, bermain, semuanya harus teratur. Kadangkala anak melanggar aturan yang sudah ditetapkan, namun orang tua tidak boleh menyerah, harus tetap sabar karena proses pembiasaan ini harus dilakukan terus-menerus. Jika pendidikan masih belum berhasil, perlu diulang lagi, sampai akhirnya Anak dapat menjalankan hidupnya secara disiplin dan mandiri. Untuk mencapainya, orangtua harus menanamkan disiplin yang konsisten dan kontinyu kepada anak.
d. Kasih Sayang Sebagai Landasan
Didikan yangdiberikan kepada Anak haruslah dilandasi kasih sayang yang besar. Pastikan bahwa didikan yang diberikan bertujuan untuk kebaikan Anak. Orang tua harus bersikap tegas dan bahkan bisa keras jika diperlukan. Namun harus diseimbangkan dengan memberikan perhatian dan kasih sayang, pujian dan motivasi yang membuat mereka percaya dan etap merasa nyaman dengan Anda. Perlu ”tarik-ulur” agar tidak membuat Anak menjadi frustasi, tidak percaya diri atau malah menjadi pemberontak (bandel) .
Selain menegur atau memarahi jika melakukan kesalahan, Orangtua pun perlu memuji semua keberhasilan dan kemajuan anak dalam perubahan perilaku tertentu, prestasinya di sekolah, serta saat dia memenangkan suatu lomba yang diikutinya. Sebisa mungkin, hindari hukuman fisik. Hukuman fisik dapat dilakukan sebagai tindakan terakhir dalam mendidik anak, setelah teguran lisan gagal diberlakukan. Misalnya Anak ketahuan memukul temannya di sekolah, sudah dinasehati tetapi tidak berubah, maka hukuman fisik bisa diberlakukan. Tindakan fisik diperlukan terutama jika perilaku mereka berpotensi merusak perkembangan mereka di masa depan.
e. Komunikasi Dua Arah
Komunikasi memegang peranan yang penting dalam hubungan orang tua dan Anak. Perlu ada waktu bagi orang tua untuk mendengarkan ’cerita’ anak-anak mereka. Biarkan antara anak dan orangtua ada keterbukaan. orangtua haruslah menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak mereka. orangtua juga dapat menyampaikan pesan-pesan atau nilai-nilai positive yang akan menjadi landasan yang baik bagi hidup mereka. Tunjukkan bahwa Anda menaruh perhatian terhadap kondisi mereka.
f. Menjadi Teladan
Hal penting yang tidak boleh dilupakan dalam keberhasilan mendidik Anak adalah : orangtua haruslah menjadi teladan bagi anak-anaknya. Dalam bertingkah laku, bersikap, berbicara.Karena seorang anak adalah pencontoh yang ulung. Sejak kecil mereka akan merekam kejadian apa yang mereka lihat dan dengarkan. Cara hidup atau sikap Anda sehari-hari akan sangat mempengaruhi gaya hidup mereka. Jika Anda mengajarkan
Anak Anda disiplin, maka Anda juga harus menjadi contoh disiplin yang baik, jika Anda ingin mereka sopan dan ramah, maka Anda jangan pernah mengucapkan kata-kata kasar atau kotor yang akan ditiru oleh anak.
B. Bentuk perhatian oarang tua terhadap belajar anak
Perhatian orang tua, terutama dalam hal pendidikan anak sangatlah diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar yang dilakukan anak sehari-hari dalam kapasitasnya sebagai pelajar dan penuntut ilmu, yang akan diproyeksikan kelak sebagai pemimpin masa depan. Bentuk perhatian orang tua terhadap belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar anak, pemberian motivasi dan penghargaan serta pemenuhan kebutuhan belajar anak.
a. Pemberian bimbingan dan nasihat
1. Pemberian bimbingan belajar
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Memberikan bimbingan kepada anak merupakan kewajiban orang tua. Hal ini tersirat dalam Al Qur,an dalam surah An Nisaa’ ayat 9 Allah firman
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا (٩)
9. dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
Bimbingan belajar terhadap anak berarti pemberian bantuan kepada anak dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup, agar anak lebih terarah dalam belajarnya dan bertanggung jawab dalam menilai kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya, serta memiliki potensi yang berkembang secara optimal meliputi semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.

2. Memberikan nasihat
Bentuk lain dari perhatian orang tua adalah memberikan nasihat kepada anak. Menasihati anak berarti memberi saran-saran untuk memecahkan suatu masalah, berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan pikiran sehat. Nasihat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak terhadap kesadaran akan hakikat sesuatu serta mendorong mereka untuk melakukan sesuatu perbuatan yang baik. Betapa pentingnya nasihat orang tua kepada anaknya, sehingga Al Qur’an memberikan contoh, seperti yang terdapat dalam surah Luqman ayat 13 Allah berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (١٣)
13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".


b. Pengawasan terhadap belajar
Orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya, sebab tanpa adanya pengawasan yang kontinu dari orang tua besar kemungkinan pendidikan anak tidak akan berjalan lancar. Pengawasan orang tua tersebut dalam arti mengontrol atau mengawasi semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengawasan yang diberikan orang tua dimaksudkan sebagai penguat disiplin supaya pendidikan anak tidak terbengkelai, karena terbengkelainya pendidikan seorang anak bukan saja akan merugikan dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan hidupnya.
Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih diutamakan dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak, kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas belajarnya, dan lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahisegala sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil belajar yang maksimal.
Pengawasan orang tua bukanlah berarti pengekangan terhadap kebebasan anak untuk berkreasi tetapi lebih ditekankan pada pengawasan kewajiban anak yang bebas dan bertanggung jawab. Ketika anak sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penyimpangan, maka orang tua yang bertindak sebagai pengawas harus segera mengingatkan anak akan tanggung jawab yang dipikulnya terutama pada akibat-akibat yang mungkin timbul sebagai efek dari kelalaiannya. Kelalaiannya di sini contohnya adalah ketika anak malas belajar, maka tugas orang tua untuk mengingatkan anak akan kewajiban belajarnya dan memberi pengertian kepada anak akan akibat jika tidak belajar. Dengan demikian anak akan terpacu untuk belajar sehingga prestasi belajarnya akan meningkat.
c. Pemberian motivasi dan penghargaan
Sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi anak, orang tua hendaknya mampu memberikan motivasi dan dorongan. Sebab tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Jika anak tersebut memiliki prestasi yang bagus hendaknya orang tua menasihati kepada anaknya untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Dan untuk mendorong semangat belajar anak hendaknya orang tua mampu memberikan semacam hadiah untuk menambah minat belajar bagi anak itu sendiri. Namun jika prestasi belajar anak itu jelek atau kurang maka tanggung jawab orang tua tersebut adalah memberikan motivasi atau dorongan kepada anak untuk lebih giat dalam belajar.
Dorongan orang tua kepada anaknya yang berprestasi jelek atau kurang itu sangat diperlukan karena dimungkinkan kurangnya dorongan dari orang tua akan bertambah jelek pula prestasinya dan bahkan akan menimbulkan keputusasaan. Tindakan ini perlu dilakukan oleh orang tua baik kepada anak yang berprestasi baik ataupun kurang baik dari berbagaijenis aktivitas, seperti mengarahkan cara belajar, mengatur waktu belajar dan sebagainya, selama pengarahan dari orang tua itu tidak memberatk anak.

d. Pemenuhan kebutuhan belajar
Pemenuhan Kebutuhan belajar adalah segala alat dan sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar anak. kebutuhan tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam sekolah, buku-buku, alat-alat belajar, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak, karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik. Dalam hal ini Bimo Walgito menyatakan bahwa “semakin lengkap alat-alat pelajarannya, akan semakin dapat orang belajar dengan sebaik-baiknya, sebaliknya kalau alat-alatnya tidak lengkap, maka hal ini merupakan gangguan di dalam proses belajar, sehingga hasilnya akan mengalami gangguan.
Tersedianya fasilitas dan kebutuhan belajar yang memadai akan berdampak positif dalam aktivitas belajar anak. Anak-anak yang tidak terpenuhi kebutuhan belajarnya sering kali tidak memiliki semangat belajar.Lain halnya jika segala kebutuhan belajarnya tercukupi, maka anak tersebut lebih bersemangat dan termotivasi dalam belajar .



























BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Dari uraian yang telah disajikan dapat disimpul :
• Perlunya perhatian faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses belajar. Suasana yang nyaman dan kondusif mengakibatkan proses belajar akan menjadi lebih baik. Termasuk juga keaktifan proses mental untuk sering dilatih, sehingga nantinya menjadi suatu kegiatan yang terbiasa.
• Sikap anak tergantung lingkungan keluarga yang mengurus.
• Suami dan istri harus seiya dan sekata dalam mendidik anak.
• Orang tua harus mendidik dengan kasih sayang dan tidak terlalu memaksakan terhap anak
• Orang tua harus memahami karakter anak dan kemampuannya.
• Orang tua selayaknya bijak dan memberi sanksi yang layak dan sipatnya mendidik.

3.3. Saran
Mengingat orangtua adalah peranan yang paling berpengaruh dalam mengasuh anak juga dalam Makalah ini orangtua sorotan paling utama.jelas masih banyak hal yang perlu diperhatikan yang belum tercantumkan baik ditijau dari agama juga norma-norma masyrakat yang berlaku maka dari itu pembaca harap memaklumi dan memandang tulisaan ini dengan bijaksana dan lembut tanpa egois atas ketidak sempurnaan dan ketidak tepatan isi Makalah ini. Demikianlah isi makalah ini mudah-mudahan bermanfaat bagi saya pribadi dan yang membacanya. Wallhua’alam.








DAFTAR PUSTAKA

1. Imam Al-Ghazali,Ihya Ulumiddin, Terjemah: Moh. Zuhri Dipl. dkk.2003. Semarang: CV. As Syifa.
2. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remadja Karya, 1987.
3. W J S Poerwa Darminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1987.
4. S. Nasution, SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA, Jakarta: PT. BUMI AKSARA, 2001

Menejement kelas

BAB I
PENDAHULUAN




1. 1. Latar Belakang.
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa ”Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang professional.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok yang produktif.
Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan bagi, professional, dan harus terus-menerus.
Djamaroh menyebutkan ” Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis professional dan pengajar adalah juga pengelolaan kelas”. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah pengelolaan kelas, sedangkan tidak ada satu pendekatan yang dikatakan paling baik. Sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan.
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
1. 2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen kelas?
2. Bagaimanakah bentuk pendekatan dalam manajemen kelas?
3. Apakah tujuan, aspek, dan masalah dari manajemen kelas?
4. Bagaimanakah prinsip-prinsip dalam manajemen kelas?



1. 3. Tujuan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk menjelaskan pengertian manajemen kelas.
2. Untuk mendeskripsikan bentuk pendekatan dalam manajemen kelas.
3. Untuk menjelaskan tujuan dari manajemen kelas.
4. Untuk mendeskripsikan prinsisp-prinsip dalam manajemen kelas.





























BAB II
PEMBAHASAN



2. 1. Pengertian Manajemen Kelas.

Manajemen kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Karena demikian adanya, maka manajemen kelas sering disebut pula sebagai pengelolaan kelas yang di dalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengadministrasian, pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Selain itu ada pula yang berpendapat yang mengatakan, bahwa manajemen kelas adalah suatu kelompok yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru. Dan ada juga yang mengatakan, bahwa manajemen kelas adalah kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan kreatif, dan terarah dengan menggunakan kelas sebagai sarana utamanya.
Manajemen kelas sesungguhnya merupakan bagian dari tugas pinting yang harus dilakukan oleh guru, pada setiap kali malakukan kegiatan belajar mengajar. Pertama, masalah yang berkaitan dengan kesuksesan dalam memimpin proses pembelajaran dan mengantarkan para siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kesuksesan guru dalam memimpin proses pembelajaran ini terdapat keterampilan dalam menyampaikan kepada peserta didik. Sedangkan yang kedua, masalah yang berkaitan dengan penciptaan keadaan kelas yang mendukung berjalannya kegiatan belajar mengajar secara tertib. Penciptaan kelas yang demikian itu terkait erat dengan upaya mengendalikan, menguasai, menertibkan, mengatur, dan menciptakan kondisi kelas yang tertib, aman , damai, dan serasi yang mendorong terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang memadai.

Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif, manajemen kelas menunjuk kepada pengaturan orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun pengatur fasilitas. Maka sudah harus dipikirkan sejak awal supaya pembangunan pembangunan gedung di mana kelas tempat belajar sudah disesuaikan dengan persyaratan pendidikan, kesehatan, keamanan, murid dan kelancaran komunikasi. Fasilitas ini mencakup pengertian yang luas dari ventalasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan program pembelajaran yang tepat. Sudah barang tentu yang belakangan ini, terutama yang lebih merupakan pengaturan perangkat lunak (soft ware) telah memasuki kawasan pengajaran.

2. 2. Pendekatan dalam Manajemen Kelas.

Di dalam melakukan manajemen kelas dijumpai adanya berbagai pendekatan yang digunaan oleh guru, yang antara lain pendekatan kekuasaan, ancaman, kebebasan, resep, pengajaran, perubahan tingkah laku, emosi dan hubungan sosial, proses kelompok, elektis, atau pluralistik. Berbagi pendekatan ini muncul, karena manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetepi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan peserta didik sebagaimana tersebut diatas, merupakan faktor utama yang terkait langsung dengan pengelolaan kelas. Di dalam manajemen kelas terdapat hubungan, perintah, interaksi, dan lainnya antara guru dan murid, dan antara murid, antara masyarakat dan guru. Manajemen kelas dengan berbagai macam pendekatan tersebut lebih lanjut dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Pendekatan Kekuasaan.
Manajemen kelas dengan pendekatan kekusaan sebagaimana tersebut di atas, diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Guru yang menggunakan pendekatan ini dapat menggunakan berbagai strategi antara lain: (1) membuat dan menjalankan peraturan, (2) mengeluarkan pengarahan dan perintah, (3) memberikan teguran atau perintah, dan (4) mengadakan pengawasan.
Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan tersebut menuntut adanya suatu kekuatan yang dapat menekan anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya terdapat kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatunya.

2. Pendekatan Ancaman.
Adapun manajemen kelas dengan pendekatan ancaman atau intimidasi, adalah suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik yang dilakukan dengan cara memberikan ancaman, seperti melarang, mengejek,menyindir, memaksa, dan sebagainya. Pendekatan ini pada dasarnya samadengan pendekatan otoriter dan kekuasaan sebagaimana tersebut di atas. Dengan pendekatan ini, setiap perbuatan peserta didik yang dianggap menyimpang dapat diatasi dengan cara mengintimidasi.

3. Pendekatan Kebebasan.
Selanjutnya manajemen kelas dengan pendekatan kebebasan keadaannya berbeda dengan manajemen kelas dengan pendekatan kekuasaan dan ancaman sebagai mana tersebut di atas.peranan dan fungsi guru dalam manajemen kelas dengan pendekatan kebebasan ini adalah mengupayakan terciptanya kebebasan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu, kapan dan di mana saja. Manajemen kelas dengan pendekatan kebebasan ini didasarkan pada sebuah asumsi, pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang membantu peserta didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan di mana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

4. Pendekatan Resep.
Dalam pada itu, pengelolaan kelas dengan pendekatan resep adalah sebuah pengelolaan dengan memberi suatu daftar yang dapat mengganbarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam menghadapi semua masalah atau situasi yang terjadi dalam kelas. Dalam daftar ini digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Posisi dan peran hanyalah mengikuti petunjuk penggunaannya yang telah ditetapkan.

5. Pendekatan Pengajaran.
Selanjutnya, pengelolaan kelas dengan pendekatan pengajaran, adalah pengelolaan kelas yang didsarkan atas sesuatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkahlaku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila dapat dicegah. Pendekatan ini mengajarkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Dalam hubungan ini, peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku.
Dalam pada ini, melalui pendekatan perubahan tingkah laku, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Pendekatan ini didasarkan pada asas psikologi tingkah laku yang mendasar pada asumsi,bahwa: (a) bahwa seluruh tingkah laku yang baik atau buruk merupakan hasil belajar; (b) terdapat sejumlah kecil psikologis yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Proses psikologi tersebut adalah penguatan positif (positive reinforcement) berupa pujian atau hadiah atas hasil pekerjaan yang baik, atau berupa sanksi dan hukuman atas perbuatan yang tidak baik yang dapat menimbulkan efek tidak puas atau yang jera pada akhirnya tingkah laku yang demikian itu akan dihindari.

7. Pendekatan Emosi dan Hubungan Sosial.
Pengelolaan kelas, dengan pendekatan emosi dan hubungan sosial(socio-emotional climate approach) adalah pengelolaan kelas yang didasarkan pada pendekatan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa: (a) proses belajar mengajar yang efektif mensyaratkan adanya iklim sosioemosional yang baik antara guru dan peserta didik,dan antara peserta didik lainnya; dan (b) guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya sosio-emosional yang baik.
Sehubungan dengan pendekatan emosi dan hubungan sosial ini, guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyelesaikan tugasnya dalam waktu tertentu dan membebaskan peserta didiknya untuk menjadi manusia yang pemberani memilih sesuatu yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

8. Pendekatan Kelompok.
Pendekatan proses kelompok dimaksud untuk menciptakan kelas sebagai sistem sosial, dengan menempatkan proses kelompok sebagai yang paling utama. Dalam kaitan ini guru bertindak sebagai oarang mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok ini dapat berjalan secara efektif. Dalam proses kelompok ini guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah, menyenangkan dan menggenbirakan.
Pendekatan kelompok tersebut didasarkan pada psikilogi sosial dan dinamika masyarakat dengan asumsi dasarnya, bahwa: (a) pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks sosial; (b) tugas guru yang utama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.

9. Pendekatan Elektis.
Yang terakhir, adalahpendekatan elektis (electic approach ) yang menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapi.






2. 3. Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan manajemen kelas adalah :
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, bai sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya ( Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen tahun 1996 : 2 )

2. 4. Prinsip-prinsip Pengelolan Kelas.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, tampakdengan jelas, bahwa manajemen kelas bukanlah suatu hal yang mudah dan ringan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kerumitan dalam manajemen kelas, yang secara umumdapat dibagi menjadi dua faktor. Perama, faktor internal para peserta didik, dan yang kedua, faktor eksternal para peserta didik. Faktor internal siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa dengan cirri-cirinya yang khas, menyababkan para peserta didik lainnya,baik dari segi biologis, intelektual, dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal para siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dalam kelas, dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam manajemen kelas ini terdapat sejumlah prinsip yang harus dilaksanakan, yaitu: 1) prinsip kehangatan dan antusias; 2) menciptakan berbagai tantangan yang memungkiankan seorang guru akan selalu bergairah dan terus belajar dalam mengatasi berbagai hal yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya tingkah laku yang menyimpang; 3) penggunaan metode, pendekatan, teknik, gaya, media, dan alat pengajaran yang bervariasi yang dapat meningkatkan gairah belajar dan menghilangkan kejenuhan; 4) penggunaan cara dan pebuatan yang lebih fleksibel, luwes dan menyenagkan; 5) mengupayakan hal-hal yang positif bagi peserta didik dan menghin dari sejauh mungkin kesalahan yang dapat memancing para siswa untuk bersikap negatif pada guru; 6) mengedepankan sikap teladan dihadapan para siswa yang selanjutnya dapat mendorongnya menjadi orang yang senantiasa


2. 5. Aspek dan Masalah dalam Manajemen Kelas.
Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif ( Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970 ).
1. Manajenen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi :
Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti : membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas.
2. Memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar.
Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu : masalah individual dan masalah kelompok.

Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Meskipun seringkali perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan tekanan saja.
Rudolf Drekurs dan Pearl Cassel dalam Ahmad Rohani membedakan empat kelompok masalah manajemen kelas individual merupakan upaya mencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuha-kebutuha ini tidak dapat dipenuhi dengan cara-cara yang lumrah dan diterima masyarakat, dalam masyarakat kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain.
Sebagai menduga, Drikers menyarankan sebagai berikut: apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan peserta didik, maka kemungkinan peserta didik yang bersangkutan ada pada tahap attention-getting (perhatian orang lain). Bila guru merasa dikalahkan atau terancam, maka kemungkinan pesera didik yang bersangkutan ada pada tahap power seeking (menunjukka kekuatan). Bila guru merasa tersinggung atau terluka hati, maka kemungkinan pelakunya ada pada tahap revenge-seeking (menyakiti orang lain).














BAB III
PENUTUP


3. 1. Kesimpulan
Manajemen kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas karena situasi dan kondisi kelas memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
3. 2. Saran
Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih ditingkatkan lagi. Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, oleh karena itu guru kelas diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar yang menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik.
3. 3. Kata Penutup.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini meskipun masih banyak kekurangan dan kesalahan, mudah- mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. amin.












DAFTAR PUSTAKA


Abuddin Nata, 2009, Perspektif IslamTentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: kencana.
Martinis Yamin dkk, 2009, Manajemen Pembelajaran Kelas(StrategiMeningkatkan Mutu Pembelajaran), Jakarta: Gaung Persada Press.
Zakiah Daradjat, 2008, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
A. Rohani, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Suharisimi Arikunto, 1990, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta:Rineka Cipta.
Oemar Hamalik, 1991, Psikologi Belajar Mengaja, Bandung: Sinar Baru.
Made Pidarta, Pengelolaan Kelas, Surabaya: Usaha Nasional.
Robert E. Slavin, 1989, Educational Psychology, USA: John Hopskins University.