Senin, 30 Mei 2011

Menejement kelas

BAB I
PENDAHULUAN




1. 1. Latar Belakang.
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa ”Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang professional.
Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok yang produktif.
Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan bagi, professional, dan harus terus-menerus.
Djamaroh menyebutkan ” Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis professional dan pengajar adalah juga pengelolaan kelas”. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah pengelolaan kelas, sedangkan tidak ada satu pendekatan yang dikatakan paling baik. Sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan.
Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa.
1. 2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen kelas?
2. Bagaimanakah bentuk pendekatan dalam manajemen kelas?
3. Apakah tujuan, aspek, dan masalah dari manajemen kelas?
4. Bagaimanakah prinsip-prinsip dalam manajemen kelas?



1. 3. Tujuan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk menjelaskan pengertian manajemen kelas.
2. Untuk mendeskripsikan bentuk pendekatan dalam manajemen kelas.
3. Untuk menjelaskan tujuan dari manajemen kelas.
4. Untuk mendeskripsikan prinsisp-prinsip dalam manajemen kelas.





























BAB II
PEMBAHASAN



2. 1. Pengertian Manajemen Kelas.

Manajemen kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Karena demikian adanya, maka manajemen kelas sering disebut pula sebagai pengelolaan kelas yang di dalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengadministrasian, pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Selain itu ada pula yang berpendapat yang mengatakan, bahwa manajemen kelas adalah suatu kelompok yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru. Dan ada juga yang mengatakan, bahwa manajemen kelas adalah kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan kreatif, dan terarah dengan menggunakan kelas sebagai sarana utamanya.
Manajemen kelas sesungguhnya merupakan bagian dari tugas pinting yang harus dilakukan oleh guru, pada setiap kali malakukan kegiatan belajar mengajar. Pertama, masalah yang berkaitan dengan kesuksesan dalam memimpin proses pembelajaran dan mengantarkan para siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kesuksesan guru dalam memimpin proses pembelajaran ini terdapat keterampilan dalam menyampaikan kepada peserta didik. Sedangkan yang kedua, masalah yang berkaitan dengan penciptaan keadaan kelas yang mendukung berjalannya kegiatan belajar mengajar secara tertib. Penciptaan kelas yang demikian itu terkait erat dengan upaya mengendalikan, menguasai, menertibkan, mengatur, dan menciptakan kondisi kelas yang tertib, aman , damai, dan serasi yang mendorong terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang memadai.

Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif, manajemen kelas menunjuk kepada pengaturan orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun pengatur fasilitas. Maka sudah harus dipikirkan sejak awal supaya pembangunan pembangunan gedung di mana kelas tempat belajar sudah disesuaikan dengan persyaratan pendidikan, kesehatan, keamanan, murid dan kelancaran komunikasi. Fasilitas ini mencakup pengertian yang luas dari ventalasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan program pembelajaran yang tepat. Sudah barang tentu yang belakangan ini, terutama yang lebih merupakan pengaturan perangkat lunak (soft ware) telah memasuki kawasan pengajaran.

2. 2. Pendekatan dalam Manajemen Kelas.

Di dalam melakukan manajemen kelas dijumpai adanya berbagai pendekatan yang digunaan oleh guru, yang antara lain pendekatan kekuasaan, ancaman, kebebasan, resep, pengajaran, perubahan tingkah laku, emosi dan hubungan sosial, proses kelompok, elektis, atau pluralistik. Berbagi pendekatan ini muncul, karena manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetepi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan peserta didik sebagaimana tersebut diatas, merupakan faktor utama yang terkait langsung dengan pengelolaan kelas. Di dalam manajemen kelas terdapat hubungan, perintah, interaksi, dan lainnya antara guru dan murid, dan antara murid, antara masyarakat dan guru. Manajemen kelas dengan berbagai macam pendekatan tersebut lebih lanjut dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Pendekatan Kekuasaan.
Manajemen kelas dengan pendekatan kekusaan sebagaimana tersebut di atas, diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Guru yang menggunakan pendekatan ini dapat menggunakan berbagai strategi antara lain: (1) membuat dan menjalankan peraturan, (2) mengeluarkan pengarahan dan perintah, (3) memberikan teguran atau perintah, dan (4) mengadakan pengawasan.
Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan tersebut menuntut adanya suatu kekuatan yang dapat menekan anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya terdapat kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatunya.

2. Pendekatan Ancaman.
Adapun manajemen kelas dengan pendekatan ancaman atau intimidasi, adalah suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik yang dilakukan dengan cara memberikan ancaman, seperti melarang, mengejek,menyindir, memaksa, dan sebagainya. Pendekatan ini pada dasarnya samadengan pendekatan otoriter dan kekuasaan sebagaimana tersebut di atas. Dengan pendekatan ini, setiap perbuatan peserta didik yang dianggap menyimpang dapat diatasi dengan cara mengintimidasi.

3. Pendekatan Kebebasan.
Selanjutnya manajemen kelas dengan pendekatan kebebasan keadaannya berbeda dengan manajemen kelas dengan pendekatan kekuasaan dan ancaman sebagai mana tersebut di atas.peranan dan fungsi guru dalam manajemen kelas dengan pendekatan kebebasan ini adalah mengupayakan terciptanya kebebasan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu, kapan dan di mana saja. Manajemen kelas dengan pendekatan kebebasan ini didasarkan pada sebuah asumsi, pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang membantu peserta didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan di mana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

4. Pendekatan Resep.
Dalam pada itu, pengelolaan kelas dengan pendekatan resep adalah sebuah pengelolaan dengan memberi suatu daftar yang dapat mengganbarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam menghadapi semua masalah atau situasi yang terjadi dalam kelas. Dalam daftar ini digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Posisi dan peran hanyalah mengikuti petunjuk penggunaannya yang telah ditetapkan.

5. Pendekatan Pengajaran.
Selanjutnya, pengelolaan kelas dengan pendekatan pengajaran, adalah pengelolaan kelas yang didsarkan atas sesuatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkahlaku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila dapat dicegah. Pendekatan ini mengajarkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Dalam hubungan ini, peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku.
Dalam pada ini, melalui pendekatan perubahan tingkah laku, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Pendekatan ini didasarkan pada asas psikologi tingkah laku yang mendasar pada asumsi,bahwa: (a) bahwa seluruh tingkah laku yang baik atau buruk merupakan hasil belajar; (b) terdapat sejumlah kecil psikologis yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Proses psikologi tersebut adalah penguatan positif (positive reinforcement) berupa pujian atau hadiah atas hasil pekerjaan yang baik, atau berupa sanksi dan hukuman atas perbuatan yang tidak baik yang dapat menimbulkan efek tidak puas atau yang jera pada akhirnya tingkah laku yang demikian itu akan dihindari.

7. Pendekatan Emosi dan Hubungan Sosial.
Pengelolaan kelas, dengan pendekatan emosi dan hubungan sosial(socio-emotional climate approach) adalah pengelolaan kelas yang didasarkan pada pendekatan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa: (a) proses belajar mengajar yang efektif mensyaratkan adanya iklim sosioemosional yang baik antara guru dan peserta didik,dan antara peserta didik lainnya; dan (b) guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya sosio-emosional yang baik.
Sehubungan dengan pendekatan emosi dan hubungan sosial ini, guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyelesaikan tugasnya dalam waktu tertentu dan membebaskan peserta didiknya untuk menjadi manusia yang pemberani memilih sesuatu yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

8. Pendekatan Kelompok.
Pendekatan proses kelompok dimaksud untuk menciptakan kelas sebagai sistem sosial, dengan menempatkan proses kelompok sebagai yang paling utama. Dalam kaitan ini guru bertindak sebagai oarang mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok ini dapat berjalan secara efektif. Dalam proses kelompok ini guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah, menyenangkan dan menggenbirakan.
Pendekatan kelompok tersebut didasarkan pada psikilogi sosial dan dinamika masyarakat dengan asumsi dasarnya, bahwa: (a) pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks sosial; (b) tugas guru yang utama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.

9. Pendekatan Elektis.
Yang terakhir, adalahpendekatan elektis (electic approach ) yang menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapi.






2. 3. Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan manajemen kelas adalah :
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, bai sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya ( Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen tahun 1996 : 2 )

2. 4. Prinsip-prinsip Pengelolan Kelas.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, tampakdengan jelas, bahwa manajemen kelas bukanlah suatu hal yang mudah dan ringan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kerumitan dalam manajemen kelas, yang secara umumdapat dibagi menjadi dua faktor. Perama, faktor internal para peserta didik, dan yang kedua, faktor eksternal para peserta didik. Faktor internal siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa dengan cirri-cirinya yang khas, menyababkan para peserta didik lainnya,baik dari segi biologis, intelektual, dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal para siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dalam kelas, dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam manajemen kelas ini terdapat sejumlah prinsip yang harus dilaksanakan, yaitu: 1) prinsip kehangatan dan antusias; 2) menciptakan berbagai tantangan yang memungkiankan seorang guru akan selalu bergairah dan terus belajar dalam mengatasi berbagai hal yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya tingkah laku yang menyimpang; 3) penggunaan metode, pendekatan, teknik, gaya, media, dan alat pengajaran yang bervariasi yang dapat meningkatkan gairah belajar dan menghilangkan kejenuhan; 4) penggunaan cara dan pebuatan yang lebih fleksibel, luwes dan menyenagkan; 5) mengupayakan hal-hal yang positif bagi peserta didik dan menghin dari sejauh mungkin kesalahan yang dapat memancing para siswa untuk bersikap negatif pada guru; 6) mengedepankan sikap teladan dihadapan para siswa yang selanjutnya dapat mendorongnya menjadi orang yang senantiasa


2. 5. Aspek dan Masalah dalam Manajemen Kelas.
Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif ( Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970 ).
1. Manajenen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi :
Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti : membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas.
2. Memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar.
Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu : masalah individual dan masalah kelompok.

Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Meskipun seringkali perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan tekanan saja.
Rudolf Drekurs dan Pearl Cassel dalam Ahmad Rohani membedakan empat kelompok masalah manajemen kelas individual merupakan upaya mencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuha-kebutuha ini tidak dapat dipenuhi dengan cara-cara yang lumrah dan diterima masyarakat, dalam masyarakat kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain.
Sebagai menduga, Drikers menyarankan sebagai berikut: apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan peserta didik, maka kemungkinan peserta didik yang bersangkutan ada pada tahap attention-getting (perhatian orang lain). Bila guru merasa dikalahkan atau terancam, maka kemungkinan pesera didik yang bersangkutan ada pada tahap power seeking (menunjukka kekuatan). Bila guru merasa tersinggung atau terluka hati, maka kemungkinan pelakunya ada pada tahap revenge-seeking (menyakiti orang lain).














BAB III
PENUTUP


3. 1. Kesimpulan
Manajemen kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas karena situasi dan kondisi kelas memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
3. 2. Saran
Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih ditingkatkan lagi. Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, oleh karena itu guru kelas diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar yang menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik.
3. 3. Kata Penutup.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini meskipun masih banyak kekurangan dan kesalahan, mudah- mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. amin.












DAFTAR PUSTAKA


Abuddin Nata, 2009, Perspektif IslamTentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: kencana.
Martinis Yamin dkk, 2009, Manajemen Pembelajaran Kelas(StrategiMeningkatkan Mutu Pembelajaran), Jakarta: Gaung Persada Press.
Zakiah Daradjat, 2008, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
A. Rohani, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Suharisimi Arikunto, 1990, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta:Rineka Cipta.
Oemar Hamalik, 1991, Psikologi Belajar Mengaja, Bandung: Sinar Baru.
Made Pidarta, Pengelolaan Kelas, Surabaya: Usaha Nasional.
Robert E. Slavin, 1989, Educational Psychology, USA: John Hopskins University.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar